Koalisi Haram Daging Celeng-Sapi

by

Untuk kesekian kalinya terbongkar perdagangan daging sapi campur babi. Padahal bisnis ini sudah berjalan bertahun-tahun.

Wartapilihan.com, Jakarta – Seperti diberitakan media massa, tiap jelang Idul Fitri pengiriman daging celeng ke Pulau Jawa makin marak. Daging celeng itu diduga akan dioplos dengan daging sapi yang akan dijual di pasar.

Mislanya pada Juni lalu, sedikitnya tiga kali Polresta Bandarlampung menggagalkan usaha penyelundupan berton-ton daging celeng lewat penyeberangan Pelabuhan Panjang.

“Ini ketiga kalinya kami mengungkap kasus penyelundupan daging celeng dari Lampung ke Jawa dengan modus hampir sama, ” ungkap Kapolresta Bandarlampung Kombes Murbani Budi Pitono kepada pers,  usai operasi penggerebekan pada 21 Juni 2017.

Sebelumnya, pada awal Mei 2014 lalu, pedagang bakso bernama Kang Timan di Tambora, Jakarta Barat, menjual bakso daging sapi yang dioplos dengan daging celeng. Ia katanya mendapat pasokan dari pedagang lainnya. Dan, praktik jahat ini sudah dia lakukan selama tiga tahun terakhir (2012-2014. Pelanggannya bukan hanya konsumen bakso, tapi juga sesama penjual bakso.

Sebelumnya, pada 12 Desember 2012, terbongkar ‘’pabrik’’  bakso daging sapi campur babi di belakang Pasar Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Kios penggilingan bakso sapi-babi yang digerebek Penyidik Pegawai Negeri Sipil Korwas Polda Metro Jaya dan petugas Sudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Selatan, itu rupanya sudah berproduksi dua tahun lamanya (2011-2012).

Hasil penggeledahan menunjukkan, bakso mengandung daging babi menyebar luas di Jakarta. Tak hanya di Jakarta Utara dan Selatan, juga ditemukan di Jakarta Timur.

Menurut hasil pengujian Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta, dari 46 pedagang bakso di Jakarta Selatan, enam di antaranya menggunakan daging babi. Sedangkan satu dari enam pedagang bakso di Jakarta Utara menggunakan kandungan daging babi.

Sedangkan di Jakarta Barat, dipergoki bakso oplosan sapi-babi dalam kemasan bermerk Planetaria 56. Produk ini memajang logo halal terbitan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Acung, si pedagang di pasar Tomang Barat  yang sudah 3 bulan menjual produk itu, berkilah, dirinya  tidak tahu Planetaria 56 ternyata mengandung babi.

“Saya enggak tahu kalau bakso ini mengandung daging babi. Kan di kemasannya juga terdapat logo halalnya,” ujar Acung (Kompas.com, 14/12/2012).

Menurut Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Kota Depok, Zalfinus Irwan, perdagangan bakso sapi-babi melibatkan rantai mafia empat lapis.

Ia menjelaskan, dari hasil temuan mereka, terdapat empat lapis rantai penjualan daging babi oplosan. Depok menjadi titik keempat dan ketiga terakhir setelah dipasok dari wilayah Cilandak, Jakarta Selatan. Penggiling bakso sapi-babi di Cipete, juga megaku mendapat pasokan daging dari Cilandak. Namun sampai kini pemain di Cilandak masih gelap.

Cara Mendeteksi

Bagi konsumen, untuk mengenali unsur babi dalam sebuah produk, ada empat cara. Pertama, secara langsung, kasat mata, yang bersifat fisik. Kedua, dengan analisa laboratorium. Ketiga, dengan piranti detektor. Dan keempat, dengan informasi dari label kemasan produk.

Secara fisik, daging babi memiliki warna yang bervariasi dari merah muda hingga perak kemerah-merahan, dengan serat daging halus dan kompak. Lemaknya putih jernih, lunak dan mudah mencair pada suhu ruang (27,50C).

Namun, pengenalan semakin sulit dilakukan bila daging babi sudah dioplos dengan daging sapi. Untuk itu, LSM Halal Watch menyarankan agar konsumen berbelanja daging di pasar yang tidak menjual daging babi, atau pada pedagang yang sudah dipercaya.

Jika menginginkan daging giling, gilinglah pada tempat yang telah dipercaya dan sudah terbukti tidak menggiling daging babi.

Perhatikan harganya, jika terlalu murah dibandingkan dengan harga rata-rata maka perlu diwaspadai.

Untuk daging utuh campuran, cukup sulit bagi awam untuk membedakan apakah ada kandungan daging babi. Namun, sekali lagi harga yang di bawah rata-rata bisa dijadikan indikasi adanya perselingkuhan sehingga sebaiknya tidak dibeli.

Pelacak Kimia Babi

Pada Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) XVI 2003, pemenang pertama Bidang Pertanian dalam Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa (LKIM) adalah alat pendeteksi daging babi. Alat ini merupakan karya Tim Fakultas Kedokteran Hewan UGM.

Ide alat didasari temuan seorang peneliti dari Jerman, Profesor Stolle, yang mengatakan bahwa setiap daging hewan memiliki protein spesies spesifik yang dapat diketahui dari daging dengan berat molekul 17.000 dalton.

Dari penelitian mengenai kandungan protein yang terdapat dalam daging babi dihasilkan sebuah alat sederhana yang dilengkapi dengan poliklonal antibodi untuk mendeteksi kandungan protein spesies spesifik dari daging.

“Alat itu akan bekerja kalau daging diletakkan di atasnya dan ada penunjuk arah ke positif atau negatif. Kalau negatif, berarti daging itu bukan daging babi, begitu pula sebaliknya,” kata Rafiqa.

Pada Pimnas XVIII 2005 di Padang, Tim LKIM Universitas Brawijaya, Malang, yang terdiri dari Edy Susanto, Fandi Aris Rahman, Endrika Widyastuti, dan Ratih Ristanti dari Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan Unibraw, menyajikan hasil penelitian bertajuk ‘’Upaya Identifikasi Daging Babi pada Bakso melalui Karakterisasi Fraksi Protein dengan menggunakan SDS PAGE’’.

SDS PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate Polycrylamide Gel Electrophoresis) adalah teknik analisis (pemisahan fraksi) protein menggunakan perbedaan sifat migrasi protein bila dialiri medan listrik tertentu dengan menggunakan poliakrilamid sebagai penyangga.

Sampel penelitian mereka adalah daging sapi dan babi segar serta rebus, baik secara terpisah maupun tercampur dalam bakso dengan komposisi tertentu.

Hasilnya, pada bakso sapi murni, terdapat banyak protein troponin T yang tampak pada tebalnya pita protein tersebut alibat perebusan/pemanasan. Namun jumlah protein troponin T ini semakin menyusut dengan semakin banyaknya campuran daging babi pada bakso daging sapi.

Karya berikutnya untuk kepentingan yang sama, dihasilkan oleh Henny Nuraini, staf pengajar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Henny menjelaskan, penelitiannya memanfaatkan penciri spesifik yang hanya ditemukan pada babi dan kerabatnya. Penciri spesifik (sekuen) itu adalah Porcine Repetitive Element 1 (PRE 1).

”Sekuen itu hanya bereaksi pada babi dan kerabatnya, sehingga kita langsung tahu bila bahan makanan mengandung babi,” katanya.  Peraih gelar doktor dari IPB ini memaparkan bahwa dengan menggunakan PRE 1, peneliti dapat melihat apakah suatu bahan makanan mengandung babi atau tidak. ”Teknisnya dengan penelitian DNA,” kata Henny.

Pendeteksi Lemak Babi

Irwandi Jaswir, PhD bersama rekannya dari Department of Biotechnology, International Islamic University Malaysia (IIUM), telah melakukan serangkaian penelitian panjang untuk mencoba melihat kemungkinan analisa lemak babi dengan menggunakan Fourier Transform Infra-red (FTIR) Spectroscopy. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mesin FTIR sangat berpotensi untuk digunakan sebagai alat untuk mendeteksi lemak babi secara cepat dengan hasil yang konsisten. Metode FTIR dapat memberikan hasil analisa asam lemak dari babi yang bercampur dengan lemak-lemak binatang lain secara konsisten, bahkan dengan kandungan yang sangat rendah.

Selain untuk membantu konsumen Muslim, hasil penelitian ini juga mencatat sebuah langkah signifikan untuk semua kalangan yang bermain dalam bisnis makanan halal, mengingat pasaran makanan halal dunia yang mencapai 150 triliun dolar Amerika.

Riset ini memenangi Medali Emas pada The 34th International Exhibition of Inventions, New Techniques and Products of Geneva, Genewa, Swiss, 5-9 April 2006.

Analisa lemak babi dengan menggunakan FTIR bersifat sederhana. Alat ini tidak memerlukan persiapan sampel yang rumit karena baik sampel padat dan cair bisa langsung di-scan untuk mendapatkan spektrum. Dengan demikian, dari segi biaya, akan sangat menguntungkan lantaran tidak ada pelarut atau bahan kimia lainnya yang diperlukan. Sampel padat cukup cukup diblender, sedangkan sampel cair hanya perlu dibuat homogen. Karena tidak memerlukan bahan kimia apapun, analisa dengan menggunakan FTIR juga dapat dianggap ramah lingkungan.

Alat ini dapat digunakan untuk pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa FTIR hanya membutuhkan waktu kurang dari satu menit untuk mengetahui ada tidaknya kandungan unsur babi sebuah sampel.

Cek Halal

Alhamdulilllah, sejak Mei 2012 LPPOM MUI juga telah menyediakan Sistem Pelayanan Sertifikasi Halal secara online. Sistem ini dinamakan CEROL SS-23000 (http:/e-lppommui.org).

Manfaat sistem ini antara lain memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi produk halal secara cepat dan tepat. (bowo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *