Perlukah Imunisasi bagi Anak Berkebutuhan Khusus?

by
sumber: http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/images/preview/ibu-dengan-anaknya-sambut-pekan-imunisasi-nasional_20160311_151214.jpg

Pemerintah telah menggratiskan vaksin MMR bagi anak-anak di Indonesia. Namun, para ibu seringkali khawatir anaknya yang berkebutuhan khusus diberikan vaksin MMR yaitu Mumps (Gondong), Measles (Campak) dan Rubella (Campak Jerman) akan berdampak buruk. Bagaimana jawaban dokter?

Wartapilihan.com, Depok –Dokter spesialis anak, dr. Nadia Dwi Insani menjelaskan, vaksin MMR pada dasarnya tidak memiliki kontra indikasi bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) selama anak tidak sakit infeksi. Sehingga anak diharapkan dapat tetap divaksin selama dua kali semasa kanak-kanaknya.

“Insyaa Allah aman, Bu, selama anak tidak sedang sakit. Tidak ada kontra indikasi pemberian MR utk anak ABK. Pada prinsipnya, imunisasi itu lebih baik kebanyakan daripada kurang, Bu. Dengan jarak sebaiknya minimal sebulan antar vaksinasi,” ujar dr. Nadia, dalam Grup WhatsApp Forum Komunikasi Orang Tua-Anak Spesial Indonesia (Forkasi) Depok, yang beranggotakan 40 Ibu yang berdomisili di Depok, Jum’at malam (11/8/2017).

“Jadi, jika sudah pernah MMR sebelum 5 tahun dan sekarang diberikan ulangannya, antibodi yang sudah ada akan di-booster untuk mencapai titer yg lebih tinggi; sehingga daya proteksi jadi lebih panjang. Jadi, untuk (vaksin) MMR cukup 2 kali pemberian selama masa anak.” lanjutnya.

Dosen luar biasa untuk Coass Universitas Indonesia dan UIN Syarif Hidayatullah ini menjelaskan, jika anak (meski ABK)  banyak yang tidak diberi vaksin, maka imunitas lingkungan tidak akan terbentuk. Sehingga, tujuan pemerintah untuk mengentaskan penyakit di Indonesia tidak tercapai. Pasalnya, penyakit masih bisa menular pada anak lain.

“Dampak jangka panjangnya, jika tidak semua berpartisipasi atau banyak yang tidak partisipasi, imunitas dari lingkungan yg diharapkan terbentuk tidak akan terjadi.‬ Juga, harapan pemerintah untuk menghilangkan penyakit ini di Indonesia tidak akan tercapai,” ungkap dr Nadia.

“Karena, kuman masih akan mungkin hinggap di anak-anak yg tidak punya kekebalan‬; dan selanjutnya menularkan ke anak-anak lain yang belum sempat imunisasi atau terkena penyakit.” Ia menegaskan.

Dokter yang stase di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan ini menambahkan, meski secara realistis tidak ada satu pun obat yang sepenuhnya aman, namun penting untuk mempertimbangkan manfaat maupun bahayanya secara proporsional.

“Walaupun secara realistis, tidak ada satupun obat yg bisa kita katakan 100 persen aman bahkan herbal sekalipun, bisa saja berbahaya buat yang alergi. Tapi, dalam memutuskan suatu tindakan, kita selalu menghitung mana yg lebih besar? Apakah manfaat atau mudharatnya?” tandasnya.

“Jadi, setelah menimbang dan mencari pengetahuan, tentu nanti kita sebagai org tua harus memutuskan, besar mana manfaat atau mudharat dari vaksin ini?Setelah memutuskan dengan akal, akhirnya bismillah saja. Memohon kepada Gusti Allah, supaya anak kita semakin sehat dengan ikhtiar ini. Untuk susulan, bisa dilakukan bulan depan di posyandu dan PKM terdekat, Bu.” pungkasnya.

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *