Studi Ekonomi Syariah Indonesia Tertinggi di Dunia

by
Irfan Syauqi Beik menjadi pembicara di Kuliah Intensif Ekonomi Islam, Depok, Senin(6/11). Foto: Eveline.

Ilmu ekonomi syariah yang notabene merupakan antitesis dari ilmu ekonomi kapitalisme berkembang semakin pesat di Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia menjadi garda terdepan dalam diskursus ekonomi syariah di perguruan tinggi.

Wartapilihan.com, Depok –Sebanyak 260 Program Studi Ekonomi Syariah ada di Indonesia. Hal ini disampaikan Irfan Syauqi Beik selaku Direktur Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah, bahwa Indonesia merupakan pemimpin masa depan ekonomi dalam lingkup Islam.

“Indonesia pemimpin masa depan ekonomi Islam, biasakan dengan tidak kaget dengan terobosan-terobosan yang dilakukan Indonesia,” kata Irfan, dalam Kuliah Intensif Ekonomi Islam ke 20, di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok, Senin, (6/11/2017).

Irfan menerangkan, Islam tidak bisa dipisahkan dengan aspek ekonomi karena Islam merupakan agama yang syumul (menyeluruh). Berbeda dengan pihak sekuler yang cenderung memisahkan antara agama dengan dunia.

“Ekonomi bagian integral dari ajaran Islam.
Gejala radikalisme sekuler yaitu memisahkan antara agama dengan dunia. Kalau kita ikut larut dalam hal ini adalah tanda-tanda kita enggak bisa belajar Islam,” lanjut dia.

Dosen ekonomi pertanian Institut Pertanian Bogor ini menjelaskan, ilmu ekonomi syariah memiliki potensi yang besar untuk berkembang di masa depan. Usaha ini terus berlanjut dengan upaya integrasi antara ekonomi syariah dengan konvensional. “Usaha untuk mengembangkan ekonomi Islam mulai dari ayat, hadits sampai estimasi perhitungan formula matematikanya,” paparnya.

Secara keilmuan, Irfan menegaskan, ekonomi syariah memiliki perbedaan yang signifikan dengan ekonomi konvensional. Perbedaannya mencakup beberapa aspek, seperti (1) konsep Tuhan, (2) konsep manusia, (3) konsep agama, (4) konsep pengetahuan, (5) alam, (6) tujuan hidup yang berbeda.

Dalam konsep tujuan konsumsi, misalnya, sangat berbeda antara ekonomi berasaskan kapitalisme dengan ekonomi berbasis Islam. Irfan memaparkan, tujuan konsumsi pada umumnya adalah untuk mencapai tingkat kepuasan maksimal, yakni mengkonsumsi sesuatu agar mencapai kepuasan diri-sendiri. “Sedangkan ekonomi syariah memaksimalkan maslahat, yaitu manfaat dan berkah,” imbuh Irfan.

Ia pun menyinggung soal Alexis yang memberikan pajak kepada Pemerintah sebanyak 30 Milyar per tahunnya. “Alexis memberikan pajak sebanyak itu, tapi apakah mendatangkan berkah?” Tuturnya.

Dalam aspek agama, Irfan melanjutkan, ekonomi konvensional cenderung menolak intervensi agama dan hanya berasaskan logika dan bersifat empiris. Sedangkan ekonomi syariah berbasis agama dengan sumber tertinggi berupa Al-Qur’an dan Hadits. “Ada 400 ayat yang bicara tentang ekonomi,” tukas dia.

Lelaki yang sudah melakukan konferensi tentang ekonomi syariah di 30 negara ini mengatakan, masih ada tantangan bagi berkembangnya ekonomi Islam.

“Masih kuat pengaruh mahdzab Neoclassical Economics dalam struktur kurikulum pendidikan,” tukas dia.

“Dalam pengembangan kurikulum pendidikan tinggi UI kita harapkan inputnya lebih dari 70 persen, ini yang terus-menerus kita bangun walau ini bukan pekerjaan mudah,” pungkasnya.
Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *