Ekonomi Kurban

by
Hewan kurban menjelang Idul Adha. Foto: Istimewa.

Kurban mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memberikan keadilan bagi mustadháfin atau orang-orang lemah, rentan serta terpinggirkan.

Wartapilihan.com, Jakarta — Qurban atau kurban dalam Al-Qur’an adalah salah satu ibadah umat Islam. Kurban bermakna penyembelihan hewan ternak sebagai wujud pengorbanan. Ibadah ini dilakukan tiap tanggal 10 Dzulhijah dalam penanggalan Hijriah.

Selain memiliki dimensi keagamaan, ibadah kurban ternyata juga memiliki dimensi ekonomi meskipun saat ini belum banyak yang tertarik untuk mengulasnya dari sudut pandang ekonomi.

Data dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian RI menyebutkan bahwa kenaikan permintaan hewan kurban pada tahun 1438 H ini bervariasi. Khusus di wilayah Jabodetabek, kenaikannya mencapai angka 10-15 persen.

Hal ini merupakan sinyal agar pihak terkait dapat segera melakukan penataan dari sisi penawaran (supply). Apabila lonjakan ini tidak diantisipasi, maka dapat terjadi ketimpangan supply-demand dan berdampak pada naiknya harga daging yang tidak terkendali.

Solusi dari hal ini adalah membangun dan mengembangkan sendiri sentra industri peternakan rakyat. Beberapa lembaga zakat telah berupaya untuk membangun sentra usaha ternak yang dikelola oleh kaum dhuafa.

Membangun sentra peternakan rakyat memang bukan tanpa kendala. Kendala utama yang paling umum terjadi adalah permodalan. Untuk itulah peran perbankan syariah perlu disinergikan dalam skema pembiayaannya termasuk menciptakan inovasi model bisnis yang menguntungkan semua pihak.

Guna menjawab potensi ekonomi kurban, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bekerjasama dengan Pusat Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (PEBS UI) meluncurkan “Buku Ekonomi Kurban” di Gedung Magister Managemen Universitas Indonesia, Jakarta, Senin (20/8).

Buku ini menggambarkan potensi ekonomi ummat dalam momentum Hari Raya Idul Adha yang diperingati tiap tahunnya.

Ketua BAZNAS Bambang Sudibyo mengatakan, kurban merupakan sebuah ritual penghambaan muslim kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang beririsan langsung dengan sektor ekonomi ummat sekaligus berdampak sosial.

Kurban mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memberikan keadilan bagi mustadháfin atau orang-orang lemah, rentan serta terpinggirkan.

“Di sisi lain, belum ada literatur yang secara langsung dan terpadu membahas kaitan antara kurban dengan kondisi sosial, pemberdayaan ekonomi serta manajemen,” katanya.

Menurut dia, kurban sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan nasional dengan aktivitas jual beli kurban maupun penambahan protein hewani bagi masyarakat tidak mampu.

Bambang menjelaskan, penduduk Indonesia di tahun 2017 mencapai 265 juta, 87% persennya adalah umat Islam. 60 persennya adalah muzakki.

“Artinya, jika 50% dari 28,8 juta penduduk muslim berkurban, maka ada 14,5 juta pengkurban. Kalau saja satu keluarga kurban 1 1/2 ekor, maka kurang lebih ada 22 juta hewan kurban,” kata dia.

Melalui kegiatan Idul Adha yang rutin setiap tahunnya. Maka, banyak para pihak yang terlibat dalam perekonomian kurban. Mulai dari peternak, penjagal, penjual kulit hewan, pengrajin kulit, sampai usaha yang menyediakan fasilitas pengolahan hewan kurban.

Pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan perhatian pada kurban, terutama dalam kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi.

“Namun, sayangnya pemerintah belum memberikan perhatian serius terhadap kegiatan kurban. Padahal, ekonomi kurban dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mengurangi kesenjangan,” jelas dia.

“Saya melihat ada kartel yang bermain. Maka, kita lawan kartel tersebut agar semua orang dapat melaksanakan kurban,” sambungnya.

Selain itu, diharapkan pula ide-ide serta eksekusi untuk mewujudkan pelaksanaan kurban yang lebih baik.

“Buku ini menjelaskan jawaban-jawaban dari pertanyaan terkait posisi, relasi, dan relevansi antara kurban serta kondisi sosial ekonomi kita,” katanya.

Kepala PEBS UI, Rahmatina Awaliah Kasri mengatakan dari dimensi ekonomi, ibadah kurban diharapkan menjadi sebuah moment berbagi dan menunjukkan kepedulian kepada sesama.

“Selain itu, ibadah kurban melibatkan perputaran dana hingga Rp69,9 triliun. Dana ini diharapkan bisa menjadi pendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat, ketahanan pangan, peningkatan gizi dan pada akhirnya diharapkan bisa mewujudkan kesejahteraan sosial,” katanya.

Peningkatan permintaan hewan ternak secara besar-besaran pada hari raya Idul Adha secara sistemik akan berpengaruh pada peningkatan jumlah hewan ternak yang harus disediakan oleh peternak.

“Asumsinya jika permintaan meningkat, sektor ternak harus mampu memenuhi permintaan tersebut. Untuk dapat memenuhi permintaan tersebut, diperlukan pengokohan industri, penguatan infrastruktur, serta inovasi yang dapat membantu proses produksi,” katanya.

Ahmad Zuhdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *