KEIKHLASAN DAN AMAL YANG BENAR

by
foto:istimewa

Syarat diterimanya amal adalah ikhlas dan amal yang benar. Jika keikhlasan sudah dipahami oleh banyak orang. Apa gerangan “amal yang benar” itu?

Wartapilihan.com, Jakarta —Diriwayatkan Imam Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Mereka yang terbaik amalnya adalah yang paling ikhlas dan paling benar (amalnya).” Ditanyakan kepadanya, “Apa maksud yang paling ikhlas dan paling benar itu?” Ia menjawab, “Sesungguhnya sebuah amalan jika ikhlas namun tidak benar maka tidak diterima, dan jika benar namun tidak ikhlas maka tidak diterima, sama amalan itu ikhlas dan benar. Ikhlas adalah yang diperuntukkan bagi Allah saja, dan benar adalah sesuai dengan sunnah.” Ternyata nasihat dari Imam Fudhail bin ‘Iyad ini merangkum pengertian amal yang benar itu.

Seorang Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu pun berdoa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ عَمَلِيْ كُلَّهُ صَالِحًا وَ اجْعَلْهُ لِوَجْهِكَ خَالِصًا وَلاَ تَجْعَلْ لِأَحَدٍ فِيْهِ سِوَاكَ
“Ya Allah, jadikanlah amalku seluruhnya shalih (benar), dan jadikanlah amalku seluruhnya ikhlas, dan jangan biarkan di dalamnya kuperuntukkan untuk siapa pun (selainMu)”

Doa dari Umar ini menunjukkan kepada kita apa saja yang harus diperhatikan agar sebuah amal diterima. Keikhlasan dan amal yang shalih (amal yang benar). Inilah hakikat agama Islam di mana dengannya Allah mengutus semua rasul dan menurunkan semua kitabNya, sebagaimana pernah ditungkapkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.

Lebih jauh, bahkan Ibnu Taimiyah menyatakan tujuan utama ditegakkannya kepemimpinan dalam Islam tak lain adalah untuk tercapainya dua perkara ini. Kepemimpinan Islam bahkan bertujuan agar amal-amal dalam Islam bisa ditegakkan seluruhnya sesuai tuntunan dari Nabi SAW dan para khulafa ar-rasyidin.

Pernah pula dikisahkan, suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Khaththab tengah berjalan-jalan di kota Madinah. Suatu kali, beliau melihat seekor burung pipit yang sedang dipermainkan oleh anak-anak kecil. Umar pun tergugah rasa kasih sayangnya, maka beliau memutuskan untuk membeli burung itu dari mereka. Setelah itu, beliau melepaskan burung tersebut agar hidup bebas.

Setelah Umar wafat, ada beberapa ulama yang bermimpi bertemu dengan Al-Faruq. Para ulama tersebut menanyakan keadaan beliau, “Apa yang telah Allah perbuat kepadamu?” tanya mereka.
Umar menjawab, “Allah mengampuni dosa-dosaku.”

Tentu saja jawaban Umar membuat penasaran para ulama tersebut, mereka bertanya, “Oleh sebab apakah? karena kedermawananmu, karena keadilanmu atau karena kezuhudanmu?”

Seperti diketahui, Umar adalah teladan hebat para pemimpin yang dermawan, adil dan zuhud.
Umar pun mengisahkan kejadian waktu beliau baru saja dimakamkan, “Waktu kalian mengubur jasadku, menutupinya dengan tanah dan meninggalkanku seorang diri, tiba-tiba dua Malaikat menakutkan menghampiriku. (Saking takutnya) Aku kehilangan akal, sendi-sendiku pun turut berguncang lantaran ketakutan. Keduanya pun meraih tubuhku dan mendudukanku.”

“Kala mereka hendak menanyakan amal perbuatanku…” tutur Umar.

Tiba-tiba terdengar suara yang amat keras, “Tinggalkan hambaKu ini! Jangan menakutinya. Aku menyayangi dia, semua dosanya telah Kuampuni, karena ketika di dunia ia telah menyayangi seekor burung pipit. Maka Aku menyayangi dia sebagai balasan atas perbuatannya.”

Serta-merta Umar pun mendapatkan nikmat kubur, dijauhi dari ketakutan. Apa yang terjadi pada kisah beliau adalah contoh bahwa kita tidak mengetahui amal shalih mana yang kelak akan menolong kita setelah maut menghampiri. Mana yang paling ikhlas dan amalan yang paling benar bisa saja amalan yang tiada kita sangka-sangka.

Ini sebagai syarat sempurnanya ubudiyyah (ibadah) yang murni hanya untuk Allah SWT. Menjadikan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang disembah (diibadahi), serta menjadikan syariatNya sebagai tuntunan secara keseluruhan. Ibnu Taimiyah pernah berkata, “Inti agama itu ada dua: Yang pertama, tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah. Dan yang kedua, beribadah kepadaNya sesuai yang disyariatkanNya, bukan dengan perkara-perkara yang dibuat-buat”.

Seperti di dalam firman Allah Ta‘ala:
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
“…agar Kami uji kalian siapa di antara kalian yang paling baik amalnya,” (QS. Al-Mulk: 2).

Ilham Martasya’bana, penggiat sejarah Islam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *