Mengatur Pola Makan Anak Obesitas

by
Foto: tipsanakbayi.com.

Jika anak sudah masuk kategori obesitas, tandanya orang tua perlu mengubah gaya hidup si kecil. Pasalnya, obesitas meningkatkan risiko anak terkena berbagai masalah kesehatan seperti diabetes hingga penyakit jantung.

Wartapilihan.com, Jakarta — Hal tersebut disampaikan dr. Raissa Edwina Djuanda, M. Gizi, Sp.GK, dokter spesialis Gizi Klinik. Ia mengatakan, agar anak tetap sehat, orangtua tidak lagi bisa asal dalam menyajikan makanan.

“Pola makan anak obesitas perlu benar-benar dijaga agar berat badannya tidak terus bertambah,” tutur dr. Raissa, Senin, (15/10/2018), dilansir dari hellosehat.com.

Sebelum menerapkan perubahan pola makan, menurut dia, orangtua perlu mengetahui lebih dulu batasan obesitas pada anak usia sekolah. Orangtua bisa memakai tiga klasifikasi yang digunakan dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) 2000, International Obesity Task Force (IOTF) 2006, atu World Health Organization (WHO) 2006.

Memakai kurva dari CDC 2000 dengan rumus berupa berat badan anak yang sebenarnya dibagi dengan berat badan ideal berdasarkan tinggi badan dikali 100 persen.

“Jika hasilnya 110-120 persen maka anak masuk kategori overweight atau kelebihan berat badan. Jika hasilnya lebih dari 120 persen, maka anak masuk kategori obesitas,” tukas dia.

Orangtua tidak bisa menyepelekan efek yang terjadi jika anak obesitas tetap makan sembarangan. Banyak risiko masalah kesehatan yang dapat menyerang, seperti
(1) peningkatan tekanan darah dan kolesterol yang mengganggu fungsi jantung serta pembuluh darah, (2) Gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin, dan diabetes, (3) Sumbatan jalan napas saat tidur (obstructive sleep apnea) dan asma, (4) Gangguan pada sendi dan otot, (5) Perlemakan hati, batu empedu, hingga penyakit gastroesophageal reflux (GERD), (6) Masalah kulit seperti rentan terkena infeksi jamur dan jerawat yang berlebihan, (7) Sindrom ovarium polikistik (PCOS) dan (8) Gangguan psikologis seperti menarik diri dari lingkungan sekitarnya, masalah kecemasan, hingga depresi.

“Pola makan yang sebaiknya diterapkan pada anak obesitas yakni memberikan asupan kalori yang seimbang sesuai kebutuhan anak. Konsultasikan ke dokter gizi klinik untuk mendapatkan takaran yang tepat,”

Selain itu, makan dengan teratur, yaitu tiga kali makan besar dan dua kali camilan dalam sehari. Tak hanya itu, menerapkan pola makan sehat dan kaya gizi seperti sayur, buah, dan produk biji-bijian utuh perlu untuk divariasikan tiap hari.

“Menerapkan kebiasaan minum air putih yang selalu diberikan di antara jadwal makan besar dan camilan juga baik, dan tentu mengonsumsi protein rendah lemak dari berbagai macam sumber, juga tak lupa mengonsumsi produk susu rendah atau bebas lemak,” imbuh dia.

Sementara itu, pola makan yang perlu dihindari yaitu (1) makanan tinggi lemak jenuh dan lemak trans, (2) makanan siap saji (junk food) dan makanan instan, (3) Makanan dan minuman tinggi kalori dan gula dan (4) Minuman kemasan dan soda.

Diet untuk anak obesitas, menurut dia, boleh-boleh saja dilakukan asalkan dalam pengawasan dokter. Pada dasarnya ada tiga hal yang perlu diperhatikan pada diet anak obesitas. Pertama, menerapkan pola makan yang benar, kedua memberikan aktivitas fisik yang tepat, dan ketiga mengubah perilaku anak dengan menjadikan orangtua sebagai panutan. Tujuannya adalah untuk mencegah kenaikan berat badan dengan menjaga tumbuh kembang yang optimal.

“Diet dapat dilakukan dengan cara tetap memberikan makan terjadwal, dengan rincian tiga kali makan besar dan dua kali camilan. Namun, yang berbeda ialah pemilihan jenis makanannya yang lebih rendah kalori dan lebih sehat,” tukas alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Agar terapi diet pada anak obesitas berhasil, anak harus didukung oleh orang-orang terdekatnya. Sehingga diet tak hanya dilakukan oleh si anak saja tetapi juga melibatkan orangtua, anggota keluarga, teman, dan juga guru di sekolah untuk mencapai keberhasilan.

“Jadi, orangtua tidak hanya menyuruh anak saja yang makan makanan sehat atau berolahraga tapi seluruh keluarga pun ikut menerapkannya,” pungkas dr. Raissa.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *