Pernyataan Kapolri Berubah Drastis. Kenapa?

by
Tito Karnavian. Foto: Istimewa

Dita Upriyanti dan keluarganya dinyatakan sebagai teroris pelaku peledakan bom di 3 gereja di Surabaya, ia disebut oleh Kapolri, Tito Karnavian baru pulang dari Suriah, setelah 4 tahun berada disana. Bahkan ia sekeluarga dikait-kaitkan dengan ISIS.

Wartapilihan.com, Jakarta – Namun ternyata pernyataan Tito berubah drastis ketika terbantahkan oleh unggahan seorang jurnalis asing yang mewawancarai para tetangga Dita. Pasca menyebarnya capture Instagram sang jurnalis asing tersebut, pernyataan Kapolri pun diralat.

“Sebenarnya sebagai warga negara RI saya ingin sekali bisa mempercayakan sepenuhnya urusan keamanan kami sebagai warga masyarakat kepada Polri. Namun kalau asumsinya bisa berubah drastis hanya dalam hitungan jam, bagaimana kami bisa percaya?” tutur Iramawati Oemar, Rabu, (16/5/2018).

Dengan kecewa, Irawati mempertanyakan kemana para jurnalis lokal. “Kemana para jurnalis lokal? Apakah mereka sudah kehilangan naluri ingin tahunya? Kemana sembunyinya jurnalisme investigatif belakangan ini,” tukas dia prihatin.

Sementara itu, Binawan Widyarto selaku tetangga Dita mengatakan, selama menjadi tetangganya kehidupan sehari-harinya bahagia dan akrab dengan keluarga dan juga tetangga. Selama enam tahun bertetanggaan dengan Dita, ia mengaku tidak ada gelagat yang aneh dari Dita.

“Kami shalat berjamaah setiap hari, pakaiannya biasa. Kadang pakai jeans juga, istrinya juga biasa saja pakai kerudung yang warna-warni,” ucap Binawan, di acara ILC TVOne bertajuk ‘Duka Kita, Duka Bangsa’, Selasa malam, (16/5/2018).

Ia menambahkan, masjid yang dipakai ia, Dita dan warga lainnya untuk shalat cenderung plural, sehingga ia merasa tidak mungkin Dita memiliki nyali sebesar itu untuk melakukan serangan bom.

Dita berdasarkan kesaksian tetangganya terlihat mapan karena memiliki mobil dan rumah. Sehari-hari, ia bekerja bisnis memproduksi minyak wijen, minyak kemiri dan minyak jinten. Kebanyakan konsumennya justru merupakan orang-orang non-muslim, seperti para pengusaha Cina.

“Tidak ada indikasi kebencian dalam diri Pak Dita. Karena di komplek bersebelahan tanpa batas dengan Nirwana Eksekutif yang mayoritas non-muslim. Jadi dengan orang non-muslim dia sudah biasa berhubungan,” tukasnya.

Terorisme, Stigmatisasi terhadap Umat Islam

Din Syamsuddin selaku tokoh ulama dari Muhammadiyah menyayangkan adanya penggeneralisiran atau stigmatisasi yang melekat pada umat Islam pasca kejadian ini. Ia menyayangkan, faktor agama sebagai faktor dominan yang membuat seseorang menjadi teroris.

“Padahal, dalam perkembangannya, terorisme sangat dipengaruhi ekonomi, sosial, politik dan budaya. Selama masih ada kesenjangan, invasi agresi di dunia Islam contohnya perilaku yang tidak adil terhadap Palestina, maka akan banyak radikalisasi,” kata Din.

Maka dari itu, ia menekankan agar dalam melihat suatu perkara, jangan abaikan faktor non-agama. Pasalnya, ketika ada nuansa keagamaan, maka di situ pula ada kepentingan politik.

“Ideologi tidak tumbuh di ruang hampa, pasti di dalamnya ada poleksosbudhankam. Jangan abaikan faktor non-agama,” pungkas dia.

Ia menambahkan, aksi terorisme ini tidak bisa dipisahkan dari rekayasa global. Salah satunya, Al-Qaeda dan ISIS yang sesungguhnya dibuat oleh Amerika. Dalam pidatonya yang dilihat berkali-kali oleh Din di YouTube, Hillary Clinton mengatakan ISIS ikut diciptakan oleh AS.

“ISIS itu bukan Islam, diklaim Islam tapi sebenarnya ada pemain-pemain,” tukas Din.

“Kita dukung negara, namun mempertimbangkan suara dari masyarakat. Melakukan generalisasi, stigmatisasi terutama pers yang anti terhadap Islam tidak dapat dibenarkan,” tegas dia.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *