Thayyiban, Jalan Hidup Kaum Beriman

by

Semua orang ingin memiliki kehidupan yang baik. Secara realitas, apa yang terjadi pada masyarakat tentang hal itu? Apakah berbeda dengan definisi Al-Quran?

Wartapilihan.com, Jakarta – Kita mungkin mengira, kehidupan yang baik ialah kehidupan yang mapan, memiliki rumah, mobil, pasangan tampan dan cantik, juga anak-anak yang lucu. Tetapi, sesungguhnya, Al-Quran memiliki definisi yang sangat indah. Di dalam Al-Quran, disebut sebagai hayatan thayyiban dalam Al-Quran surat An-Nahl [16] ayat 97.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (hayatan thayyiban) dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Amal saleh, sering dipahami sebagai suatu amal yang dilakukan dalam rangka beribadah, seperti shalat, puasa, zakat, membaca Al-Quran, dan sebagainya. Namun, ternyata ada makna yang lebih hakiki dalam definisi Amal Shaleh. Apa yang dimaksud dengan amal shaleh?

Secara bahasa, shaleh artinya tidak cacat. Menurut Zamzam AJ Tanuwijaya, Mursyid penerus Thariqah Kadisiyah, amal shaleh adalah hal yang dilakukan semata-mata dipersembahkan untuk Allah, sehingga Allah Ta’ala “tersenyum” dan juga ridho.

Menurut Zamzam, amal shaleh bukan sekedar melakukan hal yang dzhohir seperti amal-amal yang disebutkan tadi, melainkan terkait dengan hal-hal yang kecil dan tampaknya sepele, namun ketika dilakukan dengan hati yang mengharapkan Allah semata, maka hal itu menjadi timbangan yang berat di sisiNya.

Ketidakpengharapan kepada makhluk tercermin dari ia yang melakukan amal sholeh itu dengan tidak mengharapkan imbalan dari siapapun, baik secara materi maupun immateri, seperti yang tercantum dalam Quran surat Yaasiin ayat 21 “….Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Amal sholeh berkaitan dengan sesuatu yang dikorbankan atau disedekahkan sebagai bentuk penghambaan kepada Allah Ta’ala. Hal yang remeh sekalipun, seperti membuang gangguan dari jalanan, ialah suatu amal sholeh yang dapat dilaksanakan. Setiap diri, memiliki kadarnya masing-masing dalam melakukan amal sholeh. Ada yang hanya mampu tersenyum dan mendoakan, ada pula yang mampu membantu langsung dengan tangannya. Namun, hal itu sama-sama berarti di mata Allah, ketika hal itu dilakukan semata mengharapkan Dia.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,ia mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Setiap persendian manusia ada sedekahnya setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya, kamu mendamaikan di antara dua orang adalah sedekah, kamu membantu seseorang untuk menaikkannya di atas kendaraannya atau mengangkatkan barangnya di atasnya adalah sedekah, kalimat yang baik adalah sedekah, pada tiap-tiap langkah yang kamu tempuh menuju shalat adalah sedekah, dan kamu membuang gangguan dari jalan adalah sedekah.”(HR.al-Bukhari ,no.2989 dan Muslim, no 1009)

Sungguh indah, menjadi muslim yang mukmin. Semoga di Ramadhan keduabelas ini, penuh berkah dari Allah Ta’ala; juga memberikan kemudahan bagi ladang amal sholeh bagi setiap diri, setiap keluarga, setiap rakyat, setiap pejabat, di bumi Indonesia pertiwi.

Eveline Ramadhini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *