Ulama Jakarta Serukan Memilih Muslim

by
Dzikir Bersama di Masjid Sunda Kelapa, Kamis (9/2) malam dihadiri ulama dan umat Islam. Foto: Ismail Alam/Warta Pilihan
Wartapilihan.com, Jakarta – Pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang akan berlangsung Rabu pekan depan (15/2) mendapat perhatian serius dari para ulama. Salah satu calon yang akan maju sebagai gubernur adalah petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Selain non-muslim, Ahok tengah tersangka kasus penistaan agama. Dalam pandangan para ulama, sosok seperti itu amat tidak layak untuk memimpin Jakarta.
“Ada pejuang Islam bernama Fatahillah, yang mengusir penjajah kafir Portugis dan memberi nama kota ini menjadi ‘Fathan Mubina’, Jayakarta,”kata wakil dewan pembina Dewan Dakwah Islamiyah, K.H. Cholil Ridwan, saat mengisi pengajian Dzikir Bersama di Masjid Sunda Kelapa, Kamis (9/2) malam.
Ia melanjutkan, umat Islam akan menghadapi musuh dalam selimut, yakni kaum muslimin yang mendukung pemimpin kafir untuk maju memimpin Jakarta. “Orang-orang ini masuk ke dalam kategori munafik. Mereka shalat dan puasa bersama kita, namun berpihak kepada kafir,” tegasnya.
Ulama asli Betawi ini lalu mencuplik kisah Abdullah bin Ubay, seorang munafik di zaman Rasulullah yang membisikkan kaum Anshor agar tidak ikut berjuang.
Pembicara lain, Ustadz Soleh Mahmoed atau Solmed, mengibaratkan keadaan umat Islam Jakarta seperti di zaman Nabi Musa. Ustadz muda yang sering tampil di televisi ini mengingatkan, pemimpin semacam Fir’aun adalah pemimpin yang mengutamakan pembangunan kota namun berlaku zalim pada rakyatnya.
“Tampillah Nabi Musa yang mengajarkan tauhid dan mengajak mereka berhijrah. Saat perjalanan terhenti oleh lautan, sebagian pengikutnya mulai ragu pada seruan Nabi Musa, dan memilih untuk kembali,” papar Solmed. Setelah Nabi Musa mendapat wahyu, sambungnya, tongkatnya mampu membelah laut dan menyelamatkan umatnya dari kejaran Fir’aun.
Kisah itu dikaitkan Solmed dengan keadaan politik Jakarta sekarang. “Jangan ragu memilih pemimpin muslim yang mengajak ke arah perubahan,” tegasnya.
Di tengah masyarakat sempat berembus jargon yang membuat ragu untuk memilih pemimpin muslim. Jargon tersebut mengatakan, lebih baik kafir tapi tidak korupsi daripada muslim tapi korupsi. “Hal itu seakan-akan menggambarkan bahwa pemimpin muslim sudah pasti berbuat korup. Padahal BLBI, skandal korupsi terbesar di negeri ini, tidak dilakukan oleh orang muslim,” kata pembicara lain, Hidayat Nur Wahid.
HNW, begitu sapaannya, menyebutkan bentuk korupsi yang lebih berbahaya. “Korupsi terhadap kebenaran lebih berbahaya, karena menipu rakyat dan bahkan menistakan keyakinannya,” kata Wakil Ketua MPR RI itu. Hal itu ditunjukkan kepada Ahok. Setelah cuti untuk berkampanye, Ahok akan menjadi gubernur kembali sampai hari pemilihan umum.
“Dengan statusnya sebagai terdakwa, Ahok seharusnya tidak bisa menjabat lagi sebagai gubernur, berdasarkan peraturan UU. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo harus menjadi contoh penegakan hukum dengan tidak melantiknya,” ucap dia. Masyarakat Jakarta, seru HNW, jangan mau dipimpin oleh gubernur dengan status terdakwa.
Ulama Jakarta lain yang hadir di acara tersebut, antara lain, adalah K.H. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i dan Habib Ali Kwitang.
Reporter: Ismail Alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *