Mengatakan ‘Tidak’ pada Anak

by
Foto: parentlane.com.

Banyak orangtua yang berpandangan, mengatakan ‘tidak’ pada anak dapat
berdampak negatif bagi perkembangan anak oleh karena seolah membatasi
anak untuk terus bereksplorasi. Namun mengatakan ‘tidak’ bukan sesuatu
yang selamanya buruk, bahkan penting.

Wartapilihan.com, Jakarta – Hal tersebut disampaukan Laura Markham,
psikolog. Ia mengatakan, justru dengan mengatakan ‘tidak’, anak dapat
mengetahui batasan, perilaku yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan. Menurutnya, anak juga perlu diajarkan kecewa.

“Mengatakan ‘tidak’ pada anak juga penting untuk diungkapkan, namun
tentunya tentu saja pada situasi dan kondisi yang tepat. Dengan
begitu, Anda pun bisa membantu menetapkan batas dalam perkembangan
mereka secara fisik, emosional dan mental,” tutur Laura, berdasarkan
laman The Asian Parent Singapura, Jum’at, (29/6/2018).

Lebih lanjut ia mengungkapkan, ada tujuh situasi dimana orangtua perlu
untuk mengatakan tidak pada anak. Pertama, ketika anak ingin
berkeliaran di area parkir, orangtua perlu mengatakan ‘tidak’ pada
anak.

“Sudah  bisa dipastikan bahwa area parkir merupakan lokasi tidak aman.
Untuk itulah, pastikan anak untuk terus berada di dekat orangtua. Akan
sangat berbahaya jika dibiarkan berkeliaran sendiri di area parkir.
Orangtua perlu mengatakan ‘tidak’ dan mengajaknya untuk tetap berada
di samping Anda,” tutur dia.

Penulis buku Peacefull Parent ini mengatakan, ketika anak menyakiti
orang lain atau mahluk lain, katakana tidak kepada anak.

“Si kecil mungkin akan merasa lucu saat dirinya menarik telinga atau
ekor kucing. Tapi yakinlah, saat saat Parents melihat situasi
tersebut, Anda perlu mengatakan ‘tidak’.

Mungkin ketika itu, anak belum mengerti bahwa mereka bisa menyebabkan
rasa sakit. Untuk itu, jangan lupa beri tahu anak bahwa mereka telah
menyakiti mahluk lain,” terang Laura.

Dr. Laura menyarankan agar orangtua menunjukkan belas kasih dan
melatih anak untuk bisa lebih berempati.

“Tanyakan perasaannya saat
ada yang menyakitinya.
Bagaimana kalau kamu disakiti seperti itu? Apakah kamu senang jika
dicubit? Untuk itu kamu pun harus berbaik hati dan jangan menyakiti
hewan.” Imbuh dia.

Demikian juga ketika anak atau temannya sang anak terlibat dalam
situasi bullying, orangtua harus segera mengentikan dengan tegas dan
mengatakan tidak.

“Penting bagi orangtua untuk menjelaskan kepada anak bahwa tindakan
bullying adalah salah. Termasuk ketika anak sedang menjadi saksi atau
menyaksikan ada orang lain yang sedang dibully. Pastikan anak orangtua
tidak boleh mendukung pem-bully,” ungkapnya.

Hal yang keempat, orangtua perlu mengatakan ‘tidak’ pada anak, ketika
melihat anak merusak barang-barang. Meski ada kemungkinan saat si
kecil emosi dan merasa marah pada orangtua atau saudara kandungnya.
Emosi tersebut, ucap Laura, membuatnya melakukan sebuah respon secara
berlebihan, seperti merusak atau menghancurkan barang.

“Tindakan ini tentu saja tidak benar, karena anak juga butuh belajar
cara melampiaskan emosi dengan baik. Anda perlu mengajarkan bahwa
properti pribadi harus dihormati,” tegasnya.

Hal yang kelima, anak tidak diperbolehkan membuka baju di depan umum.
Anak mungkin tiba-tiba akan merasa panas atau tidak nyaman saat
mengenakan baju yang tebal. Namun bukan berarti, anak boleh membuka
bajunya di depan umum.

“Orangtua perlu menjelaskan pada anak bahwa tubuh mereka adalah area
pribadi yang tidak boleh diperlihatkan pada semua orang. Katakan,
tubuh kamu sangat indah dan istimewa, tetapi beberapa bagian tubuhnya
bersifat pribadi dan kamu tidak boleh memperlihatkan pada semua
orang.”

Adapun ketika anak sedang makan di restoran dan berperilaku nakal atau
tantrum, maka orangtua perlu berkata tidak agar pengunjung lain bisa
makan dengan tenang.

Terakhir, Laura menyarankan mengatakan ‘tidak’ ketika sedang naik
transportasi umum. Laura melanjutkan, hal ini berlaku saat orangtua
dan anak sedang berada di bus, kereta, ataupun pesawat.

“Jika mereka sudah mulai menendang kursi, berteriak, maka sudah
waktunya bagi Anda untuk mengatakan’ tidak’ dan mengentikan
perilakunya tersebut.

Jadi, bukan berarti setiap saat Anda membolehkan dan menyetujui segala
perilaku anak. Ada beragam situasi yang justru mengharuskan Anda
mengatakan ‘tidak’ pada anak,” pungkas dia.

 

Eveline Ramadhini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *